Rabu, 27 Mei 2020

CERPEN: LINTANG DAN KUCING HUTAN

By. Dwi Trisny
    

     Lintang adalah seorang gadis yang cantik dan baik hati. Dia tinggal bersama ibu dan saudara tirinya. Ibu kandungnya meninggal dunia pada saat melahirkannya. Kemudian, Ayahnya menikah lagi agar ada yang merawat Lintang. Berbeda dengan Pelangi, saudara tiri Lintang. Meskipun cantik, tapi Pelangi memiliki sifat yang sombong, pemalas dan mau menang sendiri. 
     Dulu, ayah Lintang adalah saudagar yang kaya raya dan merupakan salah satu keluarga terpandang di desanya. Namun, sejak ayahnya meninggal dunia, harta ayahnya pun makin lama makin habis. Ibu tirinya sangat pemalas, tahunya hanya menghambur-hamburkan uang saja. Akhirnya, mereka bertiga jatuh miskin.
     Setiap hari Lintang pergi ke hutan untuk memetik sayuran dan buah-buahan. Lintang berangkat ke hutan dengan berbekal sepotong ubi rebus dan sebotol air putih. Jalan berliku dan menanjak dilaluinya, kadang dia terhalang oleh semak belukar yang berduri. Lintang merasa kesulitan, namun dia harus tetap melakukannya. Jika tidak, maka ibu tirinya akan marah dan mengusirnya pergi dari rumah. 
     Sore itu dilihatnya awan begitu gelap, Lintang pun bergegas pulang. Karena merasa haus, maka Lintang istirahat sejenak untuk minum, kerongkongannya terasa kering. Air minumnya tinggal sedikit, belum jadi dia minum dilihatnya ada seekor kucing hutan berwarna hitam legam yang sedang sekarat. Didekatinya kucing itu, air yang tinggal sedikit dia minumkan ke mulut kucing. Seolah berucap terima kasih, mata kucing itu berkedip-kedip untuk sesaat kemudian terpejam lagi. 
     Lintang ingin membawanya pulang, namun dia khawatir jika nanti kucing itu akan dibunuh oleh ibu dan saudara tirinya. Akhirnya Lintang membuatkan tempat berlindung dari ranting dan daun-daun kering supaya kucing itu tidak kehujanan. Diciumnya kucing itu sebagai kata pamitan, kemudian Lintang melanjutkan perjalanan pulang.
     Sesampai di rumah, Lintang harus memasak untuk ibu dan saudara tirinya. Setiap hari Lintang selalu melakukan rutinitas seperti itu. Meskipun lelah dan berat, namun Lintang tetap menjalaninya supaya ibu dan saudara tirinya tidak marah. 
     Suatu ketika Lintang pergi ke hutan lagi, hari itu terasa sangat panas. Lintang merasa gerah dan badannya capek sekali. Tiba-tiba, “Srosoot …” Lintang terperosok ke dalam jurang dan tak sadarkan diri. Ketika Lintang membuka kedua matanya, dia tahu-tahu sudah berada di sebuah gubuk, entah siapa yang telah menolongnya. Dia tidur di sebuah dipan dengan selimut yang hangat. Dilihatnya ada beberapa buah segar di atas meja. Lintang mencoba untuk bangun, namun seluruh tubuh dan wajahnya penuh luka. Lintang hanya bisa meringis menahan sakit.
    Lintang melihat ke sekeliling ruangan, “Apakah ada orang … Bapak, Ibu, Nenek, Kakek …” panggil Lintang lirih. Tak ada sahutan. Diulanginya sekali lagi, masih sepi tak ada sahutan. Lintang memaksakan diri untuk bangun. Dia keluar dari gubug, barangkali pemilik gubuk sedang berada di luar. Sesaat disapukan pendangan ke sekitar gubug, tidak satupun orang yang dijumpainya. Yang ada hanya deretan pohon dan semak belukar. 
     “Meong … meong …” terdengar suara kucing dari dalam gubug. Lintang bergegas masuk. Benar, itu adalah kucing yang pernah ditolongnya dulu. Lintang masih ingat ada bekas luka di dahinya. Dielusnyaa kucing itu penuh kasih sayang.
      “Kita bertemu lagi ya Hitam … apakah kamu yang menolongku … hmm?” tanya Lintang mengajak bicara si kucing hitam. Kucing itu hanya mengedip-ngedipkan matanya sambil menggelendot pada Lintang. Malam itu terpaksa Lintang bermalam di gubug dengan ditemani si kucing hitam.
   Keesokan paginya Lintang kaget, keranjangnya sudah penuh dengan sayuran dan buah-buahan. Dia bingung, siapa yang telah menolongnya. Dia harus berterima kasih kepada siapa? Tak seorangpun yang ada di sekitar tempat itu. Lintang kemudian meninggalkan jepit rambutnya dan segera pulang. 
    Belum juga Lintang meletakkan keranjangnya, ibu tirinya sudah datang dengan mimik marah-marah. “Hemm, enak ya bermain-main di hutan. Kenapa nggak minggat sekalian, hah!” bentak ibu tiri Lintang sambil menjambak rambutnya.
“Ampun, Bu … kemarin Lintang jatuh ke jurang dan bandanku sakit semua. Lintang tidak bisa jalan pulang. Makanya Lintang telat pulangnya. Ampun, Bu,” rintih Lintang. Ibu tirinya hanya melotot dan menyuruhnya segera memasak. Dia tidak peduli dengan luka-luka yang ada di sekujur tubuh Lintang. Lintang menuju dapur sambil menangis. Sebenarnya dia sudah tidak tahan, namun dia mau pergi ke mana? Dia tidak mempunyai sanak saudara sama sekali.
     Malam harinya, Lintang tidur sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Tak terasa, Lintang tenggelam di alam mimpi. Dalam mimpinya dia bertemu dengan seorang pemuda yang sangat tampan dan baik hati. Bajunya bagus, dari gayanya dia adalah dari keluarga yang kaya raya. Namanya Seno, perawakannya tinggi dan gagah. Di saku bajunya tertempel jepit rambut yang sudah sangat dikenali Lintang. Itu adalah jepit rambut yang ditinggalkannya di gubug dulu.
    “Bangun! Dasar pemalas … sudah siang belum juga bangun.” Terdengar teriakan Pelangi. Disiramnya wajah Lintang dengan air. Lintang melonjak kaget. “Masih juga bengong … cepat masak sana, perutku sudah lapar!” lanjut Pelangi membuyarkan keheranan Lintang.
   Seperti biasa, Lintang asyik di dapur menyiapkan makanan untuk hari ini. Dilihatnya bahan makanan masih cukup untuk dua hari. Hari ini Lintang tidak akan ke hutan, tetapi dia akan mencuci di sungai. Pakaian kotor ibu dan saudara tirinya sudah menumpuk.
Tiba-tiba didengarnya suara mobil memasuki halaman rumah. “Siapa gerangan yang datang,” tanya Lintang dalam hati. Dia mengintip dari balik tirai. Betapa kagetnya, ternyata yang datang adalah pemuda tampan yang ada di dalam mimpinya semalam. Ya, Seno yang datang bersama dua orang pengawalnya. 
    Lintang tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Kedatangan Seno adalah hendak meminang Lintang menjadi istrinya. Mengetahui niat kedatangan Seno, Ibu tiri Lintang mulai memiliki niat buruk. Dia katakan bahwa Lintang sudah lama pergi dan tidak kembali lagi ke rumah. Dia juga tdak tahu kemana perginya Lintang. Sebagai gantinya dia tawarkan anaknya, Pelangi untuk menggantikan Lintang.
     Seno tidak mau menerima tawaran ibu tiri Lintang. Dia menyuruh kedua pengawalnya untuk mencari Lintang ke setiap sudut rumah. Akhirnya Lintang ditemukan di belakang rumah yang kemudian dipertemukan dengan Seno. Tanpa ragu-ragu lagi, Seno langsung meminta Lintang untuk menjadi istrinya. Seno memasangkan jepit rambut yang telah lama disimpannya ke rambut Lintang. Entah bagaimana, Lintang hanya nurut saja. Lintang merasa sudah sangat mengenal Seno. Tanpa pikir panjang Lintang menerima pinangan Seno. Mereka menjadi pasangan suami istri dan hidup bahagia bersama keluarganya.



Amanat:
Hidup dalam keluarga maupun masyarakat harus saling menyayangi dan tolong-menolong secara ikhlas. Tidak perlu sombong, karena hidup ibarat roda yang sedang berputar. Suatu saat kita berada di atas, namun ada kalanya kita berada di bawah.

1 komentar:

  1. Hai, sahabat blogger...
    Bagaimana pendapat anda dengan amanat cerpen ini???

    BalasHapus

Berikan komentar/ kritik/ saran dengan kata-kata yang sopan.

APA ITU DIALOG?

BELAJAR MENULIS DIALOG YANG BAIK DAN BENAR Dialog atau petikan adalah kalimat yang mewakili ucapan langsung dari seorang tokoh atau tiruan b...