Senin, 20 Juli 2020

PENGGUNAAN HURUF KAPITAL SESUAI PUEBI



PENGGUNAAN HURUF KAPITAL SESUAI PUEBI


1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. 

Misalnya:
* Apa maksudnya?
* Dia membaca buku.
* Kita harus bekerja keras.
* Pekerjaan itu akan selesai dalam
   satu jam.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. 

Misalnya:
* Amir Hamzah
* Dewi Sartika
* Wage Rudolf Supratman
* Jenderal Kancil
* Dewa Pedang
* Rudolf Diesel

Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
* ikan mujair
* mesin diesel
* 5 ampere
* 10 volt

(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya:
* Abdul Rahman bin Zaini
* Siti Fatimah binti Salim
* Indani boru Sitanggang
* Charles Adriaan van Ophuijsen
* Ayam Jantan dari Timur
* Mutiara dari Selatan

Catatan:
PUEBI 2015 menambahkan 
(1) penjelasan "termasuk julukan" pada I.F.2., misalnya Jendral Kancil dan Dewa Pedang; 
(2) penjelasan "yang bermakna 'anak dari'" pada catatan kedua. Kedua tambahan ini tampaknya bertujuan untuk memperjelas pedoman sebelumnya.

3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Misalnya:
* Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
* Orang itu menasihati anaknya,
   "Berhati-hatilah, Nak!"
* "Mereka berhasil meraih medali emas," 
   katanya.
* "Besok pagi," katanya, "mereka akan 
   berangkat."

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:
* Islam          
* Alquran
* Kristen       
* Alkitab
* Hindu         
* Weda
* Allah           
* Tuhan
* Allah akan menunjukkan jalan  
   kepafa hamba-Nya.
* Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu 
   ke jalan yang Engkau beri rahmat.

5.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.

Misalnya:
* Sultan Hasanuddin
* Mahaputra Yamin
* Haji Agus Salim
* Imam Hambali
* Nabi Ibrahim
* Raden Ajeng Kartini
* Doktor Mohammad Hatta
* Agung Permana, Sarjana Hukum
* Irwansyah, Magister Humaniora

5.b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

Misalnya:
* Selamat datang, Yang Mulia.
* Semoga berbahagia, Sultan.
* Terima kasih, Kiai.
* Selamat pagi, Dokter.
* Silakan duduk, Prof.
* Mohon izin, Jenderal.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:
* Wakil Presiden Adam Malik
* Perdana Menteri Nehru
* Profesor Supomo
* Laksamana Muda Udara Husein 
   Sastranegara
* Proklamator Republik Indonesia 
   (Soekarno-Hatta)
* Sekretaris Jenderal Kementerian 
   Pendidikan dan Kebudayaan
* Gubernur Papua Barat

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya:
bangsa Indonesia
* suku Dani
* bahasa Bali

Catatan: 
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
* pengindonesiaan kata asing
* keinggris-inggrisan
* kejawa-jawaan

8.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.

Misalnya:
* tahun Hijriah
* tarikh Masehi
* bulan Agustus
* bulan Maulid
* hari Jumat
* hari Galungan
* hari Lebaran
* hari Natal

8.b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.

Misalnya:
* Konferensi Asia Afrika
* Perang Dunia II
* Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Catatan: 
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
* Soekarno dan Hatta memproklamasikan 
   kemerdekaan bangsa Indonesia.
* Perlombaan senjata membawa risiko 
   pecahnya perang dunia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya:
* Jakarta
* Asia Tenggara
* Pulau Miangas
* Amerika Serikat
* Bukit Barisan
* Dataran Tinggi
* Dieng Danau Toba
* Jalan Sulawesi
* Gunung Semeru
* Ngarai Sianok
* Jazirah Arab
* Selat Lombok
* Lembah Baliem
* Sungai Musi
* Pegunungan Himalaya
* Teluk Benggala
* Tanjung Harapan
* Terusan Suez
* Kecamatan Cicadas
* Gang Kelinci
* Kelurahan Rawamangun

Catatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
* berlayar ke teluk mandi di sungai
* menyeberangi selat berenang di danau

(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
* jeruk bali (Citrus maxima)
* kacang bogor (Voandzeia subterranea)
* nangka belanda (Anona muricata)
* petai cina (Leucaena glauca)

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
* Kita mengenal berbagai macam gula, 
   seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, 
   gula aren, dan gula anggur.
* Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci 
   ring mempunyai fungsi yang berbeda.

Contoh berikut bukan nama jenis.
* Dia mengoleksi batik Cirebon, batik 
   Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, 
   dan batik Madura.
* Selain film Hongkong, juga akan 
   diputar film India, film Korea, dan 
   film Jepang.
* Murid-murid sekolah dasar itu 
   menampilkan tarian Sumatra Selatan, 
   tarian Kalimantan Timur, dan tarian 
   Sulawesi Selatan.

Catatan:
PUEBI 2015 menambahkan cara pembedaan unsur nama geografi yang menjadi bagian nama diri (proper name) dan nama jenis (common name).

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.

Misalnya:
* Republik Indonesia
* Majelis Permusyawaratan Rakyat 
   Republik Indonesia
* Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat 
   Indonesia
* Peraturan Presiden Republik Indonesia 
   Nomor 16 Tahun 2010 tentang 
   Penggunaan Bahasa Indonesia dalam 
   Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden 
   serta Pejabat Lainnya
* Perserikatan Bangsa-Bangsa

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:
* Saya telah membaca buku Dari Ave 
   Maria ke Jalan Lain ke Roma.
* Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa 
   dan Sastra.
* Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
* Ia menyajikan makalah "Penerapan 
   Asas-Asas Hukum Perdata".

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.

Misalnya:
* S.H. = sarjana hukum
* S.S. = sarjana sastra
* M.A. = master of arts
* M.Hum. = magister humaniora
* M.Si. = magister sains
* K.H. = kiai haji
* Hj. = hajah
* Mgr. = monseigneur
* Pdt. = pendeta
* Dg. = daeng
* Dt. = datuk
* R.A. = raden ayu
* St. = sutan
* Tb. = tubagus
* Dr. = doktor
* Prof. = profesor
* Tn. = tuan
* Ny. = nyonya
* Sdr. = saudara

Catatan:
PUEBI 2015 menambahkan contoh gelar lokal Daeng dan Datuk.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.

Misalnya:
* "Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan. 2. * Dendi bertanya, "Itu apa, Bu?"
* "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
* Surat Saudara telah kami terima 
   dengan baik.
* "Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?"
* "Bu, saya sudah melaporkan hal ini 
   kepada Bapak."

Catatan:
PUEBI 2015 menambahkan penjelasan penulisan kata atau ungkapan lain yang digunakan sebagai penyapaan ditulis dengan huruf kapital, misalnya Kutu Buku.

Catatan:
(1) Istilah kekerabatan berikut bukan 
      merupakan penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
* Kita harus menghormati bapak dan
   ibu kita.
* Semua kakak dan adik saya sudah 
   berkeluarga.

(2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
* Sudahkah Anda tahu?
* Siapa nama Anda?

Sumber:
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-kapital/

 Dwi Sutrisniwati, S.Pd.SD
UPTD SDN Cabeyan 01 Bendosari 
Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah

Kamis, 16 Juli 2020

MENGENALI GAYA BELAJAR SISWA


MENGENALI TIPE GAYA BELAJAR SISWA

Oleh: Dwi Trisny

Salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan individu adalah belajar. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. 

Berikut beberapa definisi belajar menurut para ahli. Witherington (1952): “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan."
Crow & Crow (1958): “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru."
Gage & Berliner: “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut di atas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. 
Setiap orang memiliki gaya belajar sendiri-sendiri. Namun dari betbagai gaya belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam gaya yang dikenal dengan istilah VAK (Visual, Auditori, Kinestetik).
Berikut paparan ketiga gaya belajar yang dihimpun dari berbagai sumber.

1. Visual (V)

Siswa yang visual belajar melalui apa yang mereka lihat. Tipe visual akan dapat menyerap pelajaran lebih baik dengan melihat. Mereka lebih suka melihat atau membaca terlebih dulu sebelum belajar hal-hal baru. Diperkirakan, sebanyak 80% pelajaran bisa dipahami melalui penglihatannya. Membaca buku, melihat gambar, melihat secara langsung adalah cara belajar yang paling disukainya.

Tipe visual akan memilih duduk di kursi depan, agar dapat melihat dengan jelas guru dan papan tulis. Mereka sangat bagus menuliskan ulang apa yang ada di papan tulis, tetapi kadang suka terlewat instruksi yang diberikan secara oral (dikte)

2. Auditori (A)

Siswa auditori belajar melalui apa yang mereka dengarkan. Tipe auditori akan dapat menyerap pelajaran lebih baik dengan mendengarkan. Mereka lebih suka segala sesuatunya dijelaskan melaui suara/ perkataan. Tipe pendengar biasanya merekam informasi yang telah diucapkan. Beberapa dari mereka bahkan merasa lebih nyaman belajar jika disertai suara musik pelan. Mereka biasanya mengingat pelajaran dalam bentuk lagu favorit. Keuntungan dari tipe ini, mereka tidak mudah bosan belajar, selama materinya disampaikan dengan cara audio.

3. Kinestetik (K)

Siswa kinestetik belajar melalui apa yang mereka lakukan. Siswa dengan kemampuan belajar kinestetik tidak bisa hanya duduk tenang dan menunggu informasi yang disampaikan. Mereka tertarik mencari sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui tanpa harus selalu membaca buku panduan. Oleh karena itu, tipe ini cenderung tidak bisa diam dan kerap dianggap anak nakal karena kerap tidak bisa diam dan sulit mendengarkan penjelasan guru di sekolah.


Selain itu, tipe kinestetik sangat suka berjalan-jalan karena mereka melihat lingkungan sekitar dengan cara berbeda. Bagi mereka, bumi adalah sebuah taman bermain raksasa yang penuh dengan berbagai hal menarik yang ingin mereka ketahui dan jelajahi.

Ciri-ciri yang dapat diamati untuk mengenali tipe gaya belajar seseorang. 

1. Visual

a. Berbicara agak cepat dan kadang mata melirik ke atas.
b. Lebih mudah mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar.
c. Memperhatikan penampilannya dalam berpakaian.
d. Tidak merasa risih dengan keramaian.
e. Suka menggambar.
f. Lebih suka membaca sendiri, daripada dibacakan.

2. Auditori

a. Senang mendengarkan.
b. Mudah terganggu oleh keramaian.
c. Lebih nyaman belajar dan memahami sesuatu dengan mendengarkan, daripada melihat.
d. Berbicara dengan irama yang sedang dan terpola.
e. Biasanya membaca buku dengan keras, agar dia bisa mendengarkan suaranya sendiri.
f. Dapat mengulangi lagi nada, irama atau musik yang baru saja didengar.

3. Kinestetik

a. Lebih nyaman belajar dengan praktik.
b. Berbicara perlahan.
c. Saat berkomunikasi suka menggunakan isyarat tubuh.
d. Menggunakan jari sebagai penunjuk saat membaca.
e. Sulit mengingat jalan atau suatu tempat, kecuali jika mereka pernah datang ke jalan/ tempat itu.
f. Lebih suka bercerita daripada menulis.

Mengapa guru dan siswa perlu mengetahui gaya belajar siswa? Guru merupakan orang yang terlibat dalam pembelajaran. 
Bagi siswa, dengan mengetahui gaya belajarnya mereka, diharapkan mereka dapat menyerap informasi secara maksimal pembelajaran yang berlangsung sesuai gaya belajarnya.

Bagi guru, dengan mengetahui gaya belajar siswa ia dapat memfasilitasi pembelajaran di kelasnya sesuai dengan gaya belajar yang disukai siswa. Maksudnya, setiap guru mata pelajaran harus memahami bahwa informasi sering muncul dalam bentuk verbal dan visual, dan sebagian besar informasi akan hilang pada seseorang yang tidak memfungsikan kedua keterampilan ini dengan baik. 
Dalam konteks pembelajaran di kelas, mengingat dalam satu kelas terdiri atas beberapa tipe pembelajar, jika guru mengajar dengan gaya yang kurang diminati siswa, maka siswa akan merasakan ketidak nyaman dan bosan. Di sisi lain, jika guru hanya mengajar dengan menggunakan gaya belajar tertentu yang hanya disukai siswa tertentu saja, dapat berakibat para siswa ini mungkin tidak mengembangkan kecekatan mental yang mereka perlukan untuk berprestasi di kelas atau mencapai potensi sebagai profesional. 
Tujuan pendidikan adalah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan mereka, baik dalam gaya belajar yang disukai maupun yang kurang disukai. Dengan kata lain, guru harus memiliki kekayaan model/metode untuk dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang optimal sesuai dengan materi pembelajaran serta tipe pembelajaran siswanya yang beragam.

Di sekolah, pembelajaran biasanya dilakukan dengan multigaya. Artinya, peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk aktif mendengar, melihat, dan mempraktikkan (bergerak) mengingat sistem pembelajaran yang umum dilaksanakan di negara kita secara klasikal. Walaupun masing-masing dari peserta didik belajar dengan ketiga modalitas tersebut pada tahapan tertentu, kebanyakan anak lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.

Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk mengetahui gaya belajar siswa adalah dengan membagikan kuesioner/ angket. Setelah mendapatkan jawaban dari angket yang dibagikan, maka guru dapat mengambil suatu kesimpulan. Kesimplan tersebut dijadikan dasar dalam merancang kegiatan pembelajaran serta pengelolaan kelas dan siswa.

Selamat belajar, semoga pembelajaran anda menyenangkan. 

Kamis, 02 Juli 2020

PUISI TENTANG CORONA



KUMPULAN PUISI TENTANG CORONA


Februari menjadi akhir cerita kebersamaan kami di sekolah. Dunia seakan dibalik oleh Allah seolah membalikkan telapak tangan.  Suasana beribah drastis. Tak dapat lagi melihat senyum serta tawa anak-anak. Semua siswa yang setiap hari menemani alunan langkah di sekolah. Mewarnai keseharian dalam mengabdikan diri di dunia pendidikan. 

Keadaan saat ini mungkin salah satu ijabah doa dari sebagian makhluk Allah. Candaan yang mengharap bahwa ada satu bulan yang di mana isinya hanya tanggal merah semua. Dan di awal tahun 2020 ini menjadi tahun kekacauan masal. Bahi para guru, siswa, wali murid, pengusaha, dan seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk dua pasang insan yang ingin mengesahkan hubungannya dalam mahligai pernikahan pun ikut merasakan dampak dari pandemi ini.

Baik, ini saya sajikan kumpulan puisi karya sahabat-sahabat literasi yang hebat. Puisi-puisi ini menggambarkan bagaimana dampak adanya virus covid-19 yang mewabah di bumi pertiwi.
Selamat membaca. Silahkan copas atau share jika anda menyukainya. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar ya...

Salam literasi...


ELEGI PRIBUMI
Oleh: Siti Maimunah

Kala negeriku kedatangan tamu
Tak ada satupun yang menahu
Sebenarnya siapa dikau?
Coronakah sebutanmu?

Nama yang indah namun menancapkan luka
Mengapa kau datang tanpa permisi?
Tak pernah mendapat wiyata dari orangtua?
Dan kini kau enggan pulang dari bumi Pertiwi
Begitu nyamankah tanah kami?

Kau hadir bukan tanpa tujuan
Kau hadir merenggut ribuan atma
Tak peduli atas nama siapa
Puspas tak ternetrakan
Nestapa menjadi santapan 

Tak adakah sedikit nuraga?
Untuk kami menghirup udara bebas
Tak adakah belas kasih?
Untuk kami bisa berkumpul kembali
Beraksi, bersilaturahmi dan mengabdi

Buana dihantui kata...
Untuk pertama kalinya berjabat tangan menjadi bencana
Untuk pertama kalinya berjauhan menjadi aman
Untuk pertama kalinya di rumah saja menjadi pilihan
Untuk pertama kalinya adorasi pribumi sangat berperan

Acme kian menengadah
Bibir lirih lantunkan hujjah
Harap dikau segera maherat
Sudah cukup waktu bertamu
Segera kembalilah pada pemilikmu



LEKASLAH MEMBAIK
Oleh : Indriyani

Lekaslah membaik bumiku tercinta
Ibu pertiwi terluka merintih kesakitan
Wabah menyebar jumantara jagat raya
Pandemi sedang menggogoti tubuhnya

Lekaslah membaik bumiku tercinta
Insan berguguran layaknya daun kering
Air mata bercucuran memandikan kesedihan
Jarak ini menyayat kalbu yang tak berdosa

Lekaslah membaik bumiku tercinta
Doa dan tawakal  mengalir deras
Jauhkan ibu pertiwiku dari kesengsaraan
Kembalikan ketenangan kepada setiap insan



INDONESIA (TIDAK) TERSERAH
Oleh: Puji Utami

Pada awalnya semua bangga
Tiba-tiba bisa jadi pahlawan bangsa dan negara
Saat wabah ini mendunia
Kaum rebahan merasa ada gunanya

Pada awalnya...
Demua baik-baik saja
Sekadar empat belas hari di rumah saja
Bukan ancaman apalagi kekhawatiran

Namun, semua berbeda
Saat kebosanan mulai merajalela
Tak mau mengalah barang sejenak
Untuk tetap diam sebentar saja
Menunggu semuanya mereda
Atau minimal pandemi ini mulai tiada

Hiruk-pikuk kekhawatiran tentang masa depan, muncul
Saat akses ke mana-mana dibatasi
Sekolah dari rumah, bekerja dari rumah
Pun tempat ibadah ditutup, ekonomi terjun bebas

Rasa bosan meluap tak tahu diri
Sok merasa kebal diri
Padahal tak ada yang tahu kondisi diri
Himbauan pemerintah tak dipedulikan
Aturan-aturan tak ditaati

Korban positif semakin melonjak
Tenaga kesehatan tak dimodali keamanan
Semua makin menjadi
Saat banyak kepelikan yang memeluk
Saat keuangan turut surut

Pasar-pasar penuh sesak
Gemerlap baju baru lebih diutamakan daripada
kesehatan dan keselamatan

Indonesia tidak terserah
Tenaga kesehatan masih terus mengabdi untuk bumi pertiwi
Meski protokol kesehatan masih banyak yang menyepelekan
Meski sosial distancing tak lagi dipedulikan

Indonesia tidak terserah
Kita semua akan kembali
Bumi akan sehat kembali
Aktivitas akan normal kembali
Dan badai pasti berlalu


UNTUK PAHLAWAN
Oleh: Rian Ika Maryani

Senyum terbias dari wajah lelahmu
Namun kami tahu, kau tulus
Berjuang di garda pertahanan terakhir
Untuk kami

Kami tak melihat semanis apa senyum itu
Namun kami tahu, hatimu dan peluhmu
Menjadi pengorbanan
Untuk bangsa ini

Tiga purnama dalam jemari
Pertanda cukup lama perjuangan ini kita lalui
Bertarung melawan pandemi
 
Wahai para tenaga medis
Kami mendoa untuk kalian
Kuatkan tekad penuh optimis
Badai ini pasti akan kita kalahkan



PEMBAWA NESTAPA
Oleh : Ayutri || Tri yani

Kau datang memporak-porandakan dunia
Kau mahluk kecil Tuhan yang  membuat insan terperangkap dalam  ketakutan
Kau hadir karena keserakahan yang kami lakukan

Bahkan negeri yang awalnya tenang sekarang menjerit kesakitan
Ibu pertiwi kini sedang merintih
Karena hadirmu yang tak pernah berkesudahan
Bangsa yang kian menderita
Kehilangan pekerjaan
Meneteskan air mata karena kehilangan sanak saudara
Ribuan orang meregang nyawa

Dunia kini menangis, karena ulah jahilmu
Kau suka berkeliling dunia lalu mencari perhatian semua kalangan
Kamii harus berdiam diri di rumah
Menjaga jarak dengan semua orang
Merasakan sulitnya menjadi mahluk yang hidup sendiri

Tapi, sekarang kami mengerti
Apa arti kekeluargaan 
Serta pentingnya cuci tangan
Mengulurkan tangan untuk saling berbagi

Dear Tuhanku
Tolong, jemput mahluk-Mu yang bernama corona
Kami ingin hidup tenang seperti dulu
Kami tahu ini adalah bentuk teguran-Mu
Teguran untuk mengingat-Mu kembali serta mensyukuri nikmat yang Kau beri
Kami yang terlena akan gemerlapnya dunia
Hingga Kau hadirkan mahluk kecil-Mu untuk menitipkan pesan

Tolong ampuni setiap perbuatan kami
Panggil kembali mahluk kecil-Mu
Semoga Kau segera menghapus air mata ibu pertiwi dan dunia ini
Serta mengganti dengan senyum anak bangsa karena mampu mencetak prestasi





Rabu, 01 Juli 2020

TENTANG ILMU



ILMU  ITU  BAGAIKAN  AIR  YANG  MENGALIR
By. Dwi Trisny

Menjadi BENAR itu penting, namun merasa PALING BENAR itu yang tidak baik.
Kearifan akan membuat seorang menjadi BENAR, bukan MERASA  BENAR.

ORANG YANG BENAR adalah:
  1. tidak akan berpikiran bahwa ia adalah yg paling benar;
  2. menyadari kesalahannya;
  3. setiap saat akan introspeksi diri dan bersikap Rendah Hati;
  4. memiliki Kelembutan Hati. Ia dapat menerima masukan dan kritikan dari siapa saja, sekalipun itu dari anak kecil;
  5. akan selalu Menjaga Perkataan dan Perilakunya, serta berucap Penuh Kehati-hatian;
  6. pada akhirnya, orang Benar akan DIHORMAT, DICINTAI dan DISEGANI oleh hampir semua orang.

ORANG YANG MERASA PALING BENAR adalah:
  1. di dalam pikirannya tertanam bahwa hanya dirinyalah yang PALING BENAR;
  2. tidak merasa salah, merasa tidak perlu untuk Mengaku Salah;
  3. merasa tidak perlu introspeksi diri. Karena merasa selalu benar, maka mereka cenderung Tinggi Hati;
  4. hatinya Keras, sulit untuk menerima nasihat dan masukan atau kritikan. Apalagi jika itu berasal dari orang-orang yang dianggapnya remeh atau anak kecil;
  5. berpikir, berkata, dan berbuat sekehendak hatinya, tanpa pertimbangan/pedulikan perasaan orang lain;
  6. pada akhirnya hanya akan disanjung oleh mereka yang berpikiran sempit, dan yang sepemikiran dengannya, atau mereka yang memiliki maksud-maksud tertentu dan hanya sekedar ingin memanfaatkan dirinya saja.


Mari terus MEMPERBAIKI DIRI, agar bisa menjadi orang yang Benar, bukannya orang yang Merasa Benar.

Untuk mengerti bahwa diri kita BENAR maka modal dasarnya adalah PAHAM ILMUNYA.

Untuk paham ilmu, maka kita harus banyak belajar, mencari wawasan yang luas, cermat dan mengasah otak dengan kebijaksanaan yang tinggi. Bukan hanya ASAL IKUT tanpa tahu sejarahnya.

Ada berapa tingkatan bagaiman yang di sebut PAHAM. Perhatikan baik baik hal berikut!

Tingkat terbawah dalam ilmu adalah paham. 

Ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati. Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya.

Tingkat kedua terbawah adalah kurang paham.

Orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham. Ia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul pemahaman yang benar.

Naik setingkat lagi adalah mereka yang salah paham.

Salah paham itu biasanya karena emosi dikedepankan, sehingga ia tidak sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalahpahamnya. Jika tidak, ia akan naik ke tingkat tertinggi dari ilmu.

Nah, tingkat tertinggi dari ilmu itu ialah gagal paham. 

Gagal paham ini biasanya lebih karena kesombongan. Karena merasa berilmu, ia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain. Ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri. Parahnya, ia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu menjadi bahan ketawaan orang yang paham. Ia tetap dengan dirinya bangga dengan kegagalpahamannya.

"Kok paham ada di tingkat terbawah dan gagal paham di tingkat yang paling tinggi? Apa tidak terbalik?"

Orang semakin paham akan semakin membumi. Bagaikan padi, semakin berisi akan semakin menu duk. Ia menjadi lebih bijaksana, karena akhirnya tahu bahwa sebenarnya ia tidak tahu apa-apa. Ia terus menerima dari manapun datangnya ilmu. Ia tidak melihat SIAPA yang menyampaikan, tetapi APA yang disampaikan. Ia paham, ILMU ITU SEPERTI AIR yang hanya MENGALIR KE TEMPAT YANG LEBIH RENDAH. Semakin ia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu pengetahuan kepadanya.

Sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat tinggi. Ia seperti balon gas yang berada di awan. Ia terbang dengan kesombongannya. Masalahnya, ia tidak mempunyai pijakan yang kuat, sehingga mudah ditiup angin tanpa mampu menolak. Akhirnya ia terbawa kemana-mana sampai terlupa jalan pulang. Ia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan dibinasakan oleh kesombongannya sendiri.

"Jadi yang perlu diingat, akal akan berfungsi dengan benar ketika hatimu rendah. Ketika hatimu meninggi, maka ilmu jugalah yang membutakan si pemilik akal."

"Lidah orang bijaksana berada di dalam hatinya, dan hati orang dungu berada di belakang lidahnya.."

Ilmu itu open ending. Makin digali makin terasa dangkal. Jadi kalau ada orang merasa sudah tahu segalanya berarti TIDAK TAHU APA-APA. Dan seperti awal bahasan di atas bahwa jangan merasa yakin diri benar sedang ilmunya belum paham, karena banyak hal yang belum digali.

JANGAN MUDAH MERASA PALING BENAR, MERASA PALING PAHAM SEDANG DIRI MASIH MENCARI ILMU DARI ORANG LAIN, SEBAB JIKA MASIH BUTUH ILMU ORANG LAIN BERARTI MASIH SEDIKIT YANG KITA TAHU.



"DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT"

Jangan pernah tersirat secuil kesombongan dan riya dalam hati sedang masih banyak kita lihat orang yang sepertinya biasa-biasa saja namun ilmunya jauh lebih tinggi dan punya pengalaman yang luas.

Jika kita mengukur diri kita merasa berilmu dan tahu segalanya, sama halnya katak dalam tempurung dan ia tercengang ketika tempurung di buka betapa masih luasnya ilmu yang belum ia pahamii.

Maka, pantaskah meremehkan orang lain yang mungkin saja ia memiliki kemampuan yang lebih tinggi?

Jadi, tetaplah memperhatikan apa yang disampaikan orang lain, karena belum tentu kita mengerti dan telah kita pelajari dengan cermat.

Sumber: kajian kanzus sholawat
Republish from:
dwisutrisniwati.instastori.id at 2 Juli 2020

APA ITU DIALOG?

BELAJAR MENULIS DIALOG YANG BAIK DAN BENAR Dialog atau petikan adalah kalimat yang mewakili ucapan langsung dari seorang tokoh atau tiruan b...