Rabu, 23 September 2020

Bukan Aku yang Dulu

 

BUKAN AKU YANG DULU
Karya: Dwi Trisny

Dulu kau mengagumi elok parasku
Tanganku yang begitu lembut
Harum semerbak wangi tubuh
Senyum manis tanpa keriput

Demi baktiku padamu dan kasih sayang untuk anak-anak
Tak kurasa beban berat yang kupikul di pundak
Tangan yang dulu lembut berubah kasar
Aroma parfum berubah menjadi bau keringat

Maafkan aku sayang jika tak sempat lagi untuk berhias
Memanjakan diri seperti saat dulu aku masih belia
Tak kudengar rengekan si kecil aku sudah bahagia
Apalagi rehat sejenak hilangkan penat

Maafkan aku sayang jika tak lagi banyak waktuku untukmu
Memanjakanmu dengan pelayanan setiap waktu
Ada amanah yang harus aku tunaikan
Menjaga rumah, harta dan keluarga

Sayang …
Tahukah kau dari mana asalnya bau badanku?
Semua itu adalah saksi keikhlasan sebuah pengabdian
Tahukah kau dari mana tutur lembut dan kepandaian anak-anak?
Semua itu adalah hasil teriakan dan pengawasan tanpa jeda

Sayang …
Aku tak meminta harta berlimpah
Atau kehidupan yang serba mewah
Aku hanya ingin kau selalu tersenyum ramah
Dan menjadi tempatku berbagi kisah

Sayang….
Aku tak meminta kau sanjung dan kau puja
Cukup bagiku jika kau memberi ridha
Atas semua yang telah aku lakukan
Untukmu dan seluruh keluarga

Sayang…
Aku tak meminta kau temani sepanjang masa
Cukup bagiku jika kau sebut namaku dalam doa
Juga dalam setiap munajadmu pada-Nya
Dan kau izinkan aku mendampingimu menuju surga
===================
Sukoharjo, 24/09/2020
Publish:
https://dwisutrisniwati.gurusiana.id/article/2020/09/bukan-aku-yang-dulu-273110#.X2vW3HuMzJI

Selasa, 22 September 2020

Suami Pilihan Takdir

 

Suami Pilihan Takdir

Karya: Dwi Trisny

Hari ini kumengenang hari paling berarti

Hari yang mengubah seluruh keakuan diri

Dari seorang gadis

Menjadi seorang istri


Permadani terbentang beratap langit

Melangkahkan kaki bagaikan seorang putri

Menduduki singgasana bertabur wangi melati

Bersanding dengan pilihan takdir


Mataku mengembang menahan bulir air mata

Menyempurnakan setengah iman yang tersisa

Dipersatukan sang pemilik jiwa raga

Bersama membangun rumah surga


Kini, tak terasa dua puluh tujuh tahun sudah

Dalam kebersamaan mengukir sejarah

Senyum tersungging hiasan mahabbah

Menangkup tangan membangun hujjah


Jika bahuku tak lagi mampu menjadi tempatmu merebah

Kau masih bisa membentang sajadah

Jika hatiku tak lagi menjadi tempatmu berkeluh kesah

Kau masih punya Dia untuk berbagi kisah


Kak… maafkan aku

Karena ada hati lain yang lebih dulu

Menyeruak menelisik ruang kalbu

Sebelum kau rengkuh tanganku


Sungai panjang terbentang, gunung menjulang tinggi

Kalaulah tiba waktunya untuk kita kembali

Kuingin takdir mempertemukan kita lagi

Di haribaan Illahi Rabbi, alam abadi

======================

Sukoharjo, 23 September 2020

publish @dwisutrisniwati.gurusiana.id #tagur138


Sabtu, 19 September 2020

TUTUR PAMUNGKAS

 


TUTUR  PAMUNGKAS 
Karya: Dwi Trisny

Tak perlu kau ucap tutur-tutur pamungkas

Yang kau anggap itu sudahlah pas

Hanya membuat ruang hatimu merasa puas

Tengoklah sisi hati lainnya terlindas

Dengan ganas


Keegoisan semakin menjadi

Sikap dan pikiran tak lagi terkendali

Hanya emosi merasuki seluruh nadi

Ingin menang sendiri tak peduli kanan kiri 

Merasa tersakiti


Amarahmu menggilas akal sehat

Pikiran jernih seketika berubah hitam pekat

Meski nurani meronta hendak melesat

Pergi jauh dari raga yang tersesat

Terbelenggu ruh jahat


Ketika maksud hati tak tercapai

Tenangkan diri sejenak, introspeksi

Adakah salah langkah tlah diambil

Ataukah memang itu yang terbaik

Sebagai takdir


Lidah tak bertulang

Dengan mudah dia bergoyang

Tuturkan lisan tanpa pikir panjang

Hingga menyayat hati bagai sebilah pedang

Perih merajang


Luka di raga sekejab terobati

Luka di hati bisa terbawa mati

Hanya kata maaf berbalut ketulusan hati

Mampu menyemai rasa kasih

Tumbuh bersemi 

====================

Sukoharjo, 20 September 2020 @dwi.gurusiana.id 135

Jumat, 18 September 2020

BAYANG SERAUT WAJAH

 Oleh: Dwi Trisny

Ilustrasi gambar: google

====================

Tak sanggup lagi kujawab sapa air mata

Senyum di bibirku tak dapat  kutebar

Tinggal kesepian terus meraja

Mengubah raga tanpa rasa


Kucoba perbaiki semuanya

Setiap gemeretak tulang belulang

Tapi tak satupun mampu kugerakkan 

Semua sendi telah membeku dan berkarat


Rongga dada terasa sesak terhimpit sakit

Tatap bayang seraut wajah tak jua pergi

Memenuhi nadi dengan kisah pahit

Batinku merintih dan menjerit


Satu dua tiga kuhitung waktu

Begitu lama kau tinggalkan asaku

Tanpa kepastian langkah kan ditempuh

Terus berjalan bisik lirihku memanggilmu


Mengikuti jejak kaki, aku jauh mengembara

Melepaskan penderitaan sisa-sisa cinta 

Tak lagi berharap peluk kasih setia

Karna penantian tiada bermuara


Masihkah aku mampu menerima

Sekeping hati  lain mencoba datang

Mengetuk jendela kasih yang hampir mati

Untuk mendapat tetesan embun kehidupan

====================

Sukoharjo, 19/09/2020.  @gurusiana134

Kamis, 17 September 2020

TAKDIR (Patidusa)

TAKDIR (Patidusa)

Karya: Dwi Trisny

====================

Resah

Seraut wajah

Dulu pernah singgah

Kukenang membasahi ujung sajadah


Menghilang meninggalkan jiwa patah

Merana memeluk desah

Tinggalah pasrah

Tertumpah


Allah

Pada-Nya tercurah

Semua perasaan gundah

Luka jiwa meraja terbelah


Menapak titian hingga lelah

Ikatan kita terpisah

Bersama kisah

Ayatullah


Menerima

Takdir renjana

Torehan maha karya

Sang pemilik garis kehidupan

====================

Sukoharjo, 18/09/2020

APA ITU DIALOG?

BELAJAR MENULIS DIALOG YANG BAIK DAN BENAR Dialog atau petikan adalah kalimat yang mewakili ucapan langsung dari seorang tokoh atau tiruan b...