Kamis, 02 Juli 2020

PUISI TENTANG CORONA



KUMPULAN PUISI TENTANG CORONA


Februari menjadi akhir cerita kebersamaan kami di sekolah. Dunia seakan dibalik oleh Allah seolah membalikkan telapak tangan.  Suasana beribah drastis. Tak dapat lagi melihat senyum serta tawa anak-anak. Semua siswa yang setiap hari menemani alunan langkah di sekolah. Mewarnai keseharian dalam mengabdikan diri di dunia pendidikan. 

Keadaan saat ini mungkin salah satu ijabah doa dari sebagian makhluk Allah. Candaan yang mengharap bahwa ada satu bulan yang di mana isinya hanya tanggal merah semua. Dan di awal tahun 2020 ini menjadi tahun kekacauan masal. Bahi para guru, siswa, wali murid, pengusaha, dan seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk dua pasang insan yang ingin mengesahkan hubungannya dalam mahligai pernikahan pun ikut merasakan dampak dari pandemi ini.

Baik, ini saya sajikan kumpulan puisi karya sahabat-sahabat literasi yang hebat. Puisi-puisi ini menggambarkan bagaimana dampak adanya virus covid-19 yang mewabah di bumi pertiwi.
Selamat membaca. Silahkan copas atau share jika anda menyukainya. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar ya...

Salam literasi...


ELEGI PRIBUMI
Oleh: Siti Maimunah

Kala negeriku kedatangan tamu
Tak ada satupun yang menahu
Sebenarnya siapa dikau?
Coronakah sebutanmu?

Nama yang indah namun menancapkan luka
Mengapa kau datang tanpa permisi?
Tak pernah mendapat wiyata dari orangtua?
Dan kini kau enggan pulang dari bumi Pertiwi
Begitu nyamankah tanah kami?

Kau hadir bukan tanpa tujuan
Kau hadir merenggut ribuan atma
Tak peduli atas nama siapa
Puspas tak ternetrakan
Nestapa menjadi santapan 

Tak adakah sedikit nuraga?
Untuk kami menghirup udara bebas
Tak adakah belas kasih?
Untuk kami bisa berkumpul kembali
Beraksi, bersilaturahmi dan mengabdi

Buana dihantui kata...
Untuk pertama kalinya berjabat tangan menjadi bencana
Untuk pertama kalinya berjauhan menjadi aman
Untuk pertama kalinya di rumah saja menjadi pilihan
Untuk pertama kalinya adorasi pribumi sangat berperan

Acme kian menengadah
Bibir lirih lantunkan hujjah
Harap dikau segera maherat
Sudah cukup waktu bertamu
Segera kembalilah pada pemilikmu



LEKASLAH MEMBAIK
Oleh : Indriyani

Lekaslah membaik bumiku tercinta
Ibu pertiwi terluka merintih kesakitan
Wabah menyebar jumantara jagat raya
Pandemi sedang menggogoti tubuhnya

Lekaslah membaik bumiku tercinta
Insan berguguran layaknya daun kering
Air mata bercucuran memandikan kesedihan
Jarak ini menyayat kalbu yang tak berdosa

Lekaslah membaik bumiku tercinta
Doa dan tawakal  mengalir deras
Jauhkan ibu pertiwiku dari kesengsaraan
Kembalikan ketenangan kepada setiap insan



INDONESIA (TIDAK) TERSERAH
Oleh: Puji Utami

Pada awalnya semua bangga
Tiba-tiba bisa jadi pahlawan bangsa dan negara
Saat wabah ini mendunia
Kaum rebahan merasa ada gunanya

Pada awalnya...
Demua baik-baik saja
Sekadar empat belas hari di rumah saja
Bukan ancaman apalagi kekhawatiran

Namun, semua berbeda
Saat kebosanan mulai merajalela
Tak mau mengalah barang sejenak
Untuk tetap diam sebentar saja
Menunggu semuanya mereda
Atau minimal pandemi ini mulai tiada

Hiruk-pikuk kekhawatiran tentang masa depan, muncul
Saat akses ke mana-mana dibatasi
Sekolah dari rumah, bekerja dari rumah
Pun tempat ibadah ditutup, ekonomi terjun bebas

Rasa bosan meluap tak tahu diri
Sok merasa kebal diri
Padahal tak ada yang tahu kondisi diri
Himbauan pemerintah tak dipedulikan
Aturan-aturan tak ditaati

Korban positif semakin melonjak
Tenaga kesehatan tak dimodali keamanan
Semua makin menjadi
Saat banyak kepelikan yang memeluk
Saat keuangan turut surut

Pasar-pasar penuh sesak
Gemerlap baju baru lebih diutamakan daripada
kesehatan dan keselamatan

Indonesia tidak terserah
Tenaga kesehatan masih terus mengabdi untuk bumi pertiwi
Meski protokol kesehatan masih banyak yang menyepelekan
Meski sosial distancing tak lagi dipedulikan

Indonesia tidak terserah
Kita semua akan kembali
Bumi akan sehat kembali
Aktivitas akan normal kembali
Dan badai pasti berlalu


UNTUK PAHLAWAN
Oleh: Rian Ika Maryani

Senyum terbias dari wajah lelahmu
Namun kami tahu, kau tulus
Berjuang di garda pertahanan terakhir
Untuk kami

Kami tak melihat semanis apa senyum itu
Namun kami tahu, hatimu dan peluhmu
Menjadi pengorbanan
Untuk bangsa ini

Tiga purnama dalam jemari
Pertanda cukup lama perjuangan ini kita lalui
Bertarung melawan pandemi
 
Wahai para tenaga medis
Kami mendoa untuk kalian
Kuatkan tekad penuh optimis
Badai ini pasti akan kita kalahkan



PEMBAWA NESTAPA
Oleh : Ayutri || Tri yani

Kau datang memporak-porandakan dunia
Kau mahluk kecil Tuhan yang  membuat insan terperangkap dalam  ketakutan
Kau hadir karena keserakahan yang kami lakukan

Bahkan negeri yang awalnya tenang sekarang menjerit kesakitan
Ibu pertiwi kini sedang merintih
Karena hadirmu yang tak pernah berkesudahan
Bangsa yang kian menderita
Kehilangan pekerjaan
Meneteskan air mata karena kehilangan sanak saudara
Ribuan orang meregang nyawa

Dunia kini menangis, karena ulah jahilmu
Kau suka berkeliling dunia lalu mencari perhatian semua kalangan
Kamii harus berdiam diri di rumah
Menjaga jarak dengan semua orang
Merasakan sulitnya menjadi mahluk yang hidup sendiri

Tapi, sekarang kami mengerti
Apa arti kekeluargaan 
Serta pentingnya cuci tangan
Mengulurkan tangan untuk saling berbagi

Dear Tuhanku
Tolong, jemput mahluk-Mu yang bernama corona
Kami ingin hidup tenang seperti dulu
Kami tahu ini adalah bentuk teguran-Mu
Teguran untuk mengingat-Mu kembali serta mensyukuri nikmat yang Kau beri
Kami yang terlena akan gemerlapnya dunia
Hingga Kau hadirkan mahluk kecil-Mu untuk menitipkan pesan

Tolong ampuni setiap perbuatan kami
Panggil kembali mahluk kecil-Mu
Semoga Kau segera menghapus air mata ibu pertiwi dan dunia ini
Serta mengganti dengan senyum anak bangsa karena mampu mencetak prestasi





1 komentar:

  1. Semoga virus corona segera musnah
    Alam kembali indah
    Wajah-wajah berubah cerah
    Tak ada lagi rasa gelisah
    .
    .
    Aamiin...

    BalasHapus

Berikan komentar/ kritik/ saran dengan kata-kata yang sopan.

APA ITU DIALOG?

BELAJAR MENULIS DIALOG YANG BAIK DAN BENAR Dialog atau petikan adalah kalimat yang mewakili ucapan langsung dari seorang tokoh atau tiruan b...