Rabu, 01 Juli 2020

TENTANG ILMU



ILMU  ITU  BAGAIKAN  AIR  YANG  MENGALIR
By. Dwi Trisny

Menjadi BENAR itu penting, namun merasa PALING BENAR itu yang tidak baik.
Kearifan akan membuat seorang menjadi BENAR, bukan MERASA  BENAR.

ORANG YANG BENAR adalah:
  1. tidak akan berpikiran bahwa ia adalah yg paling benar;
  2. menyadari kesalahannya;
  3. setiap saat akan introspeksi diri dan bersikap Rendah Hati;
  4. memiliki Kelembutan Hati. Ia dapat menerima masukan dan kritikan dari siapa saja, sekalipun itu dari anak kecil;
  5. akan selalu Menjaga Perkataan dan Perilakunya, serta berucap Penuh Kehati-hatian;
  6. pada akhirnya, orang Benar akan DIHORMAT, DICINTAI dan DISEGANI oleh hampir semua orang.

ORANG YANG MERASA PALING BENAR adalah:
  1. di dalam pikirannya tertanam bahwa hanya dirinyalah yang PALING BENAR;
  2. tidak merasa salah, merasa tidak perlu untuk Mengaku Salah;
  3. merasa tidak perlu introspeksi diri. Karena merasa selalu benar, maka mereka cenderung Tinggi Hati;
  4. hatinya Keras, sulit untuk menerima nasihat dan masukan atau kritikan. Apalagi jika itu berasal dari orang-orang yang dianggapnya remeh atau anak kecil;
  5. berpikir, berkata, dan berbuat sekehendak hatinya, tanpa pertimbangan/pedulikan perasaan orang lain;
  6. pada akhirnya hanya akan disanjung oleh mereka yang berpikiran sempit, dan yang sepemikiran dengannya, atau mereka yang memiliki maksud-maksud tertentu dan hanya sekedar ingin memanfaatkan dirinya saja.


Mari terus MEMPERBAIKI DIRI, agar bisa menjadi orang yang Benar, bukannya orang yang Merasa Benar.

Untuk mengerti bahwa diri kita BENAR maka modal dasarnya adalah PAHAM ILMUNYA.

Untuk paham ilmu, maka kita harus banyak belajar, mencari wawasan yang luas, cermat dan mengasah otak dengan kebijaksanaan yang tinggi. Bukan hanya ASAL IKUT tanpa tahu sejarahnya.

Ada berapa tingkatan bagaiman yang di sebut PAHAM. Perhatikan baik baik hal berikut!

Tingkat terbawah dalam ilmu adalah paham. 

Ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati. Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya.

Tingkat kedua terbawah adalah kurang paham.

Orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham. Ia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul pemahaman yang benar.

Naik setingkat lagi adalah mereka yang salah paham.

Salah paham itu biasanya karena emosi dikedepankan, sehingga ia tidak sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalahpahamnya. Jika tidak, ia akan naik ke tingkat tertinggi dari ilmu.

Nah, tingkat tertinggi dari ilmu itu ialah gagal paham. 

Gagal paham ini biasanya lebih karena kesombongan. Karena merasa berilmu, ia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain. Ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri. Parahnya, ia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu menjadi bahan ketawaan orang yang paham. Ia tetap dengan dirinya bangga dengan kegagalpahamannya.

"Kok paham ada di tingkat terbawah dan gagal paham di tingkat yang paling tinggi? Apa tidak terbalik?"

Orang semakin paham akan semakin membumi. Bagaikan padi, semakin berisi akan semakin menu duk. Ia menjadi lebih bijaksana, karena akhirnya tahu bahwa sebenarnya ia tidak tahu apa-apa. Ia terus menerima dari manapun datangnya ilmu. Ia tidak melihat SIAPA yang menyampaikan, tetapi APA yang disampaikan. Ia paham, ILMU ITU SEPERTI AIR yang hanya MENGALIR KE TEMPAT YANG LEBIH RENDAH. Semakin ia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu pengetahuan kepadanya.

Sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat tinggi. Ia seperti balon gas yang berada di awan. Ia terbang dengan kesombongannya. Masalahnya, ia tidak mempunyai pijakan yang kuat, sehingga mudah ditiup angin tanpa mampu menolak. Akhirnya ia terbawa kemana-mana sampai terlupa jalan pulang. Ia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan dibinasakan oleh kesombongannya sendiri.

"Jadi yang perlu diingat, akal akan berfungsi dengan benar ketika hatimu rendah. Ketika hatimu meninggi, maka ilmu jugalah yang membutakan si pemilik akal."

"Lidah orang bijaksana berada di dalam hatinya, dan hati orang dungu berada di belakang lidahnya.."

Ilmu itu open ending. Makin digali makin terasa dangkal. Jadi kalau ada orang merasa sudah tahu segalanya berarti TIDAK TAHU APA-APA. Dan seperti awal bahasan di atas bahwa jangan merasa yakin diri benar sedang ilmunya belum paham, karena banyak hal yang belum digali.

JANGAN MUDAH MERASA PALING BENAR, MERASA PALING PAHAM SEDANG DIRI MASIH MENCARI ILMU DARI ORANG LAIN, SEBAB JIKA MASIH BUTUH ILMU ORANG LAIN BERARTI MASIH SEDIKIT YANG KITA TAHU.



"DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT"

Jangan pernah tersirat secuil kesombongan dan riya dalam hati sedang masih banyak kita lihat orang yang sepertinya biasa-biasa saja namun ilmunya jauh lebih tinggi dan punya pengalaman yang luas.

Jika kita mengukur diri kita merasa berilmu dan tahu segalanya, sama halnya katak dalam tempurung dan ia tercengang ketika tempurung di buka betapa masih luasnya ilmu yang belum ia pahamii.

Maka, pantaskah meremehkan orang lain yang mungkin saja ia memiliki kemampuan yang lebih tinggi?

Jadi, tetaplah memperhatikan apa yang disampaikan orang lain, karena belum tentu kita mengerti dan telah kita pelajari dengan cermat.

Sumber: kajian kanzus sholawat
Republish from:
dwisutrisniwati.instastori.id at 2 Juli 2020

1 komentar:

  1. Jangan pernah tersirat secuil kesombongan dan riya dalam hati sedang masih banyak yang belum kita ketahui.

    Salam, belajar selalu, life long efucation...

    BalasHapus

Berikan komentar/ kritik/ saran dengan kata-kata yang sopan.

APA ITU DIALOG?

BELAJAR MENULIS DIALOG YANG BAIK DAN BENAR Dialog atau petikan adalah kalimat yang mewakili ucapan langsung dari seorang tokoh atau tiruan b...